Media Sosial: Jalan Bercabang (Merenung Sejenak; Memilih Arah)

Oleh: Hilarus S. Yance D.

Selayang Pandang

            Beberapa tahun terakhir teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berkembang sangat pesat, internet sebagai alat komunikasi utama yang diminati masyarakat (A. Rafiq, 2020). Kebutuhan dan tuntutan yang kompleks memaksa semua orang untuk menjadi manusia superior, bisa melakukan apa saja. Kompleksitas tuntutan inilah yang mengharuskan setiap orang terhubung satu sama lain dan mengeliminasi sekat geografis maupun sosial. Konektivitas antarmasyarakat dipermudah dengan jejaring yang sederhana berupa modia sosial (cyberspace) yang berfungsi menghimpun orang, dan pada saat yang bersamaan dapat berinteraksi. Akses untuk saling terhubung ini (Media sosial/cyberspaces) adalah mediator yang menghantar semua warganya (Pengguna) mendapatkan sarana baru untuk belajar, mendapatkan informasi serta sarana hiburan. (Bugin,2006) dalam (Dedi Kusuma Habibie,2018) mengemukakan definisi media massa/media sosial sebagai media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara masal dan dapat diakses oleh Masyarakat banyak, ditinjau dari segi makna, media massa merupakan alata tau sarana untuk menyebarluaskan isi berita, opini, komentar, hiburan dan lain sebagainya.

            Kehadiran media sosial sebagai sarana komunikatif, edukatif, dan bersifat menghibur membawa pembaharuan dalam ekosistem sosial. Manusia dapat bekerja dan berinteraksi dengan lebih efisien. Satu klik dapat menghubungkan manusia dari belahan bumi yang berbeda. Sebuah ironi terjadi Ketika dewasa ini menjadikan media sosial sebagai senjata bermata dua: sebagai media kominikasi dan belajar pada saat bersamaan juga menjadi media untuk memperoleh keuntungan diri, saling menghina, pelecehan hingga Tindakan amoral melalui media sosial. Kehadiran di media sosial sekan menjadi kebutuhan utama. Kini interaksi dalam dunia maya menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan, serta turut mempengaruhi makna kehadiran (Romelus Blegur,2022). Kehadiran yang diharapkan adalah keberadaan dalam ruang digital untuk saling berinteraksi secara positif dengan kata lain hadir untuk mengedukasi, memberi infiormasi dan menghibur dalam ranah yang etis.

            Fenomena kecanduan gadget, imitasi media sosial yang negative, konten yang tidak etis, dll. adalah contoh pergeseran fungsi media sosial sebagai sarana edukasi, ruang informasi dan hiburan. Pelecehan terhadap maksud diciptakannya media sosial adalah isu yang memprihatinkan. Destruktivitas akibat penyalahgunaan ini dapat saja mengubah Haluan sosial yang berupa nilai dan norma Masyarakat menjadi pudar, atau bahkan hilang (dalam kondisi yang paling buruk). Parahnya lagi, kelompok muda menjadi mayoritas yang terpapar fenomena candu gadget dan medsos. Kalangan yang dipercaya sebagai wajah baru ini justru berada dalam jurang dan ambang kehancuran. Bukan mengelak dampak positif media sosial dalam rentang waktu yang telah lewat, hanya saja kerawanan terhadap arah negative media sosial yang semakin menjadi satu ketakutan besar. Jika fenomena ini dinormalisasi, maka situasi yang paling buruk adalah kehilangan diri sebagai makhluk yang dibentuk oleh nilai-nilai dan norma sosial.

Merenung Sejenak

            Ketakutan terhadap dampak negatif media sosial harus disadari secara kolektif. Semua orang mesti menyediakan ruang untuk Kembali melihat situasi diri dan sekitarnya. Dalam menghadapi perkembangan teknologi yang semakin canggih, manusia perlu memiliki strategi yang tepat agar tetap mampu beradaptasi dengan perubahan yang terjadi (Thyra Josella, 2025). Adaptasi yang benar-benar perlu untuk berbenah dan memperbaiki diri serta ekosistem sosial yang kian retak akibat mata lain dari media sosial. Media sosial sebagai jalan bercabang merujuk pada paradoksial media sosial dari segi dampaknya. Media sosial tidak hanya jalan menuju kemajuan dalam kehidupan sosial, tetapi juga jalan menuju kehancuran sendi-sendi kehidupan sosial jika tidak dicermati.

            Merenung sejenak adalah sebuah ajakan untuk menarik fenomena sosial yang semakin rancuh ke dalam refleksi diri yang mendalam. Menggali orisinalitas diri sebagai makhluk berwujud bukan sebatas jari-jari yang mengetik dalam dunia maya. Kesadaran penuh ini adalah tuntutan universal, tanpa terkecuali. Semua orang berada dalam jalur pemintaan yang sama, harus segera berbenah. Sebagai habitat yang heterogen, setiap orang berdasarkan fungsinya dalam Masyarakat menjadi garda perubahan. Media sosial yang adalah sarana tidak perlu menjadi pengendali tunggal atas penggunanya. Layaklah kita bertanya dalam permenungan Bersama ini, “sejauh mana saya memilih langkah yang salah dalam ruang sosial yang tak terlihat ini?” Sebuah pemantik kesadaran untuk melihat jejak masa lalu yang perlu dibenah.

            Kehidupan yang holistik melihat segala sesuatu sebagai unsur yang saling terkait. Maka kehadiran pengguna media sosial adalah salah satu bentuk transormasi yang perlu dikritisi untuk menghindari misinterpretasi terhadap makna media sosial sebagai sarana aktualisasi diri dan sarana edukasi, informasi, serta sebagai sarana hiburan. Mari menunduk, melihat ke bawah, menyadari bahwa  semua orang menginjak tanah yang sama di tempat yang berbeda, tetapi kesadaran bahwa semua orang adalah penghuni bumi nyata, harus ada.

 

Memilih Arah

            Perilaku manusia yang semakin hari semakin tidak terpisahkan dari (realitas) dunia maya patut menjadi perhatian yang serius (Mulawarman, A. Nurfitri, 2017). Jalan bercabang yang ditemui dalam media sosial harus dapat dipilah untuk kemudian dipilih sebagai tempat untuk melangkah. Kemampuan mengidentifikasi dampak menjadi sangat penting, mengingat langkah berikutnya merupakan keputusan yang berasal dari evaluasi jejak yang telah lewat. Memilih arah yang benar berarti melangkah menuju pijakan yang lebih baik. Dalam konteks ini, memilih menjadi pengguna sosial yang bijak/baik adalah melangkah kea rah yang konstruktif. Dengan menentukan arah yang bijak, maka gerbang indah adalah jaminannya.

            Beberapa cara yang dapat dijadikan habit untuk menjadi pengguna medsos yang bijak adalah mengonsumsi informasi yang positif, menginterpretasi sebuah informasi secara multiarah, hadir untuk memberi informasi yang valid, belajar dari media sosial, menyebarkan informasi yang bersifat membangun, dan lain sebagainya. Sementara Langkah lain yang perlu untuk menjaga kualitas diri agar terhindar dari dampak negative media sosial adalah menjaga batasan penggunaan media sosial secara berlebihan.

“Arah lebih penting dari kecepatan” merupakan slogan yang bermakna. Artinya arah yang bijak adalah langkah awal untuk menuju kebaikan. Sementara kecepatan untuk berubah adalah langkah berikut yang tidak kalah penting. Setelah bermenung bersama, semua orang akhirnya diminta untuk bergandeng tangan, memilih arah dan melangkah bersama menuju media sosial yang lebih edukatif, informatif, dan menghibur tanpa kehilanngan nilai-nilai dan norma sosial yang ada di dalam Masyarakat. Setiap orang memiliki porsi yang berbeda tetapi dengan maksud yang sama.

“Mari melihat arah yang lebih cerah! Mari tumbuh bersama!”

 

Sumber Acuan

Rafiq, A. 2020. Dampak Media Sosial Terhadap Perubahan Sosial Suatu Masyarakat, Jurnal Global Komunika. No. 1. Vol. 1. Hlm.18

Habibie, A. 2018. Dwi Fungsi Media Massa. Jurnal Ilmu Komunikasi. No.2.Vol.7.hlm.79

Blegur, Romelus. 2022. Perspektif Teologis Tentang Makna “Kehadiran” Dalam Kultur Digital. Studia Philosophica et Theologica. No.2. Vol.22. hlm.247-248.

Josella, Thyra. 2025. Eksistensi dalam klik Fenomena “Apapun Demi Konten” dalam Perspektif Homo Digitalis Budi Hardiman. Jurnal Aradha. No.1. Vol.5.hlm. 51

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artificial Intellegence VS Pelajar (Menengok Realita dan Membangun Harapan)

Seanggun Janji Semesta

A Reflection in the Midst of Confusion and Progress