Merenung Sejenak (Sebuah diskusi seputar refleksi atas perubahan)

 

By: Heppyyance 

    Mengawali tulisan ini, saya ingin mengucapkan terimah kasih banyak kepada BPK. Yasin, mantan Tua Golo Nggoer, yang sudah bersedia memberikan petuah-petuah dan catatan penting bagi saya dan juga generasi muda yang terjebak dalam negativitas perubahan. Semua pokok diskusi dengan beliau tidak bermaksud menyindir ataupun memberi stigma pada semua pihak yang disebut sebagai generasi masa ini. Semua ini hanya sebuah tinjauan reflektif dan upaya untuk memberi pencerahan agar generasi sekarang bisa menjawabi tuntutan perubahan tanpa harus kehilangan identitas. 

    Mohon maaf sebesar-besarnya jika dalam tulisan ini terdapat pernyataan yang tidak berkenan bagi semua orang yang membacanya. Mati kita mengambil makna dan manfaat di balik tinjauan Bpk. Yasin ini. 

    Secara sepintas, saya ingin menegaskan bahwa diskusi ini terjadi tanpa unsur kesengajaan untuk membahas fenomena perubahan dan cara pandang BPK. Yasin terhadap generasi muda yang bergelut dengan perubahan itu. Berawal dari candaan dan obrolan biasa, kami mencoba melihat bagaimana situasi saat ini jika dibandingkan dengan situasi pada jaman dahulu. Beberapa Pokok bahasannya, seputar aspek sosial-budaya, religi, politik, dan moralitas. Tinjauannya sangat sederhana, tetapi bisa menjadi titik refleksi atas fenomena yang memprihatinkan di tengah poros perubahan yang membingungkan ini. 

    Saya akan mencoba menyajikan kesimpulan dan catatannya dalam beberapa bagian, sesuai dengan aspek yang diangkat dan dibahas.

    Pertama, dari segi sosial. Jaman ini sangat rentan kita dengar berbagai fenomena sosial yang sangat menyayat hati. Berbagai fenomena sosial itu dapat berupa peperangan, konflik SARA, perubahan struktur sosial yang sering kali menuju ke arah yang keliru. Ada banyak fenomena itu sebenarnya. Selain fenomena di atas, ada beberapa fenomena lain yang secara sosial mengalami perubahan tetapi bertajuk negatif. Sebut saja salah satunya relasi sosial yang semakin terjerumus dalam individualistik. Relasi sosial yang dulunya sangat menjunjung aspek kolektifitas, kini terhapus dengan kehadiran hp dan berbagai media sosial yang mengutuk kebersamaan menjadi relasi yang saling tak acuh. "Kami dulu, sangat menjunjung kebersamaan. Orang suka berkumpul untuk bermusyawarah dan sekedar untuk bercengkrama. Sekarang, orang tidak saling menghargai. Mereka fokus ke hp. Bahkan orang saling maki di media sosial," kata BPK. Yasin mengenang masa-masa mereka. Penjelasan beliau sebenarnya merujuk pada keprihatinan terhadap realitas masa ini dimana kehadiran dan kebersamaan menjadi fenomena langka. "Orang sekarang susah membantu. Mereka hanya melihat uang, uang dan uang. Semua takaran dan tolok ukur relasi ditentukan oleh uang yang dihasilkan. Dulu, kami tidak mementingkan nilai uang saat membantu orang lain. Bahkan, saat jalan masih rusak dan mobil belum ada seperti ini, kami, kalau melakukan perjalanan jauh, tidak pernah khawatir dengan tempat yang kami singgah saat malam. Semua rumah yang ada di pinggir jalan adalah tempat bagi siapa saja untuk menginap. Tuan rumah sangat ramah, mereka bahkan menyajikan nasi saat mereka sendiri makan ubi karena ketiadaan makanan. Mereka sangat tulus." Bpk. Yasin mengoreksi perubahan sosial yang saat ini hanya berbicara seputar keuntungan ekonomis dari sebuah relasi. Karyawan dan bos tidak saling menghargai. Orang-orang tidak takut untuk membunuh hanya karena uang. Sebuah fenomena yang sangat memperhatinkan. 

    Kedua, dari segi budaya. "Banyak praktik budaya kami dulu yang memiliki nilai sakralitas kini menjadi candaan bagi generasi muda. Misalnya budaya sopan santun, menggunakan pakaian yang sopan. Anak-anak sekarang sering menggunakan pakaian yang menurut kami tidak sopan. Berpakaian sopan dalam budaya Manggarai bukan hanya menjadi tata Krama tanpa makna. Berpakaian sopan menjadi sebuah keharusan karena ia menyangkut manusia yang berusaha untuk menjaga keutuhan citra dirinya dari segi sopan santun." Poin ini sering kali dianggap sebagai sebuah cara berpikir kolot bagi anak muda saat ini. Padahal, ungkapan ini menguak beberapa sisi kehidupan. Selain sebagai cara menghormati tubuh, tetapi juga mereduksi beberapa asumsi keliru tentang arti hidup; Misalnya, tentang hedonisme, konsumerisme dan berbagai paham yang keliru di jaman ini. Paham di atas sangat berbahaya, mereka merenggut manusia ke dalam cara hidup yang sering kali mengeksploitasi alam. Selain itu paham-paham tersebut membuat manusia terasing dari dirinya sendiri saat mereka tak mampu memenuhi tuntutan standar gaya hidup seperti itu. Padahal manusia itu sakral. Karena ia adalah perwujudan pencipta. 

    Ketiga, dari segi religi. Praktik keagamaan tidak hanya menyangkut doktrin dan dimensi eskatologisnya. Religi juga menyangkut aspek regulasi yang mengatur cara hidup umat beragama di dunia. Saat ini, paham seperti agnostik, atheisme, dan berbagai ajaran yang menentang theisme bangkit dan meminta ruang untuk diterima sebagai sebuah paham rasional. Kita bisa melihat ke-khoes-an sebagai akibatnya. Orang tidak lagi menghargai sesama, saling membunuh, memeras, mencaci maki, korupsi, menipu, dll. Fenomena ini merupakan dampak Krisis moralitas. Moralitas juga terbentuk dari konsepsi agama yang mengatur kehidupan dengan Sang Pencipta dan juga relasi dengan sesama. Hukum cinta kasih diharapkan bisa menjadi hukum dan moralitas untuk bertindak dalam spasial sosial. "Mungkin kami dianggap sebagai orang bodoh, karena mengikuti agama tanpa mengkritisi esensninya. Kami memang tak punya ilmu yang cukup untuk berbicara tentang agama. Tetapi kami sangat menjunjung ilmu agama itu dalam rupa kerukunan hidup dengan sesama. Doktrin agama itu kami lakukan. Kami bukan pemuka agama, tetapi kami adalah orang beragama yang tahu bahwa hidup yang seimbang antara relasi dengan Tuhan dan sesama adalah kebijaksanaan tertinggi," Bpk. Yasin mencoba menguraikan persepsinya tentang agama. Beliau menggarisbawahi tentang kehilangan moralitas dewasa ini salah satu penyebabnya adalah ketiadaan hukum cinta kasih yang digemakan oleh ajaran agama. 

    Keempat, segi politik. "Sangat disayangkan jika kita melihat saat ini, politik menjadi Medan pertarungan tidak sehat. Orang saling mengolok, saling memukul, saling mencaci dan banyak lagi fenomena lain yang menunjukan wajah buruk perpolitikan. Saling menjatuhkan adalah dampak yang dihasilkan." Bpk. Yasin menegaskan bahwa politik dewasa ini menjadi sarang kejahatan. Ironinya lagi anak muda sering kali terjebak dalam kondisi politik buruk ini. Anak muda sering kali terlibat dalam wacana politik keliru, money politik, black Champaign, dan pertengkaran akibat perbedaan pilihan, yang justru meruntuhkan asas-asas kehidupan politik dan menumbuhkan jurang perpisahan dan bermuara pada permusuhan. Kondisi ini sangat memperhatinkan dan ironi. Kita akan menjadi manusia asing di tengah kebersamaan akibat kekeliruan menjalankan aktivitas politik. Bpk. Yasin menghendaki sebuah kesadaran bahwa politik adalah sarana untuk mencapai kebaikan bersama seperti yang mereka tunjukan dalam praktik musyawarah. Musyawarah adalah salah satu ajaran politik peninggalan nenek moyang kita yang berharga. Di dalamnya tidak hanya menyangkut mufakat yang dihasilkan tetapi juga menyangkut proses mencapainya dengan cara saling menghargai. Semua orang berpendapat dan tidak ada yang dilewatkan tetapi menjaga Marwah kebersamaan itu agar menjadi media persatuan. 

    Dari segi moralitas, dewasa ini, berbuat baik menjadi salah satu prasasti dan peninggalan langka. Artinya berbuat baik menjadi seakan sangat istimewa. Bpk. Yasin berkata demikian, "kami dulu sangat senang untuk saling membantu. Kami tahu bahwa tidak ada bayaran atas perbuatan itu. Tetapi kami senang melakukannya. Kami senantiasa berpegang pada prinsip karma, benih baik akan menghasilkan buah baik, tetapi bukan imbalan, melainkan kebahagian karena bisa menjadi berkat bagi orang lain." Bpk. Yasin sebenarnya mengungkapkan kesenjangan hari ini akibat pergeseran moralitas itu. Moralitas berbuat baik diganti dengan moralitas uang. Semua perbuatan baik dijadikan sarana untuk mengambil keuntungan ekonomis. Sangat disayangkan. Anak muda tidak mau membantu jika tidak ada cuan sebagai imbalannya. 

    Bpk. Yasin menjadi sebuah isyarat baru untuk menyadari realita yang keliru dalam generasi sekarang. Berbagai fenomena yang menunjukkan Krisis moralitas dan nilai yang baik menjadi ironi yang perlu dibenahi. Saya sangat bersedih karena fenomena yang dibahas merupakan realitas generasi muda dan saya termasuk salah satunya. Refleksi dari Bpk. Yasin menjadi catatan penting untuk kita berbenah diri. Kita sebagai generasi muda harus bisa menjadi pribadi yang hidup sesuai dengan lokal wisdom. Kekayaan dan kearifan nilai dan norma lokal harus kita hidupin agar tidak terjebak dalam perubahan yang negatif. Modernisasi dan dampaknya harus bisa diminimalisir dengan keutuhan pengetahuan lokal kita agar tidak menjadi korban perubahan. Kita sebagai generasi muda harus menggali semua ilmu dan kearifan itu pada orang-orang tua dan pemangku adat yang bisa menunjukan arah yang baik bagi kita untuk bertindak. 

    Diskusi ini sangat berkesan dan memiliki makna yang mendalam. Saya menimbah ilmu yang berharga dari Bpk. Yasin. Malam itu menjadi malam indah bagi saya. Saya mengambil sejumlah poin dengan sesekali mengangguk karena setuju dan sesekali menggeleng karena merenungkan betapa jauhnya kejatuhan akibat perubahan yang tidak disikapi dengan bijak. Semoga Tuhan membantu kita semua untuk menjadi orang bijak di tengah krisis sosial yang berbahaya ini. Terima kasih untuk Bpk. Yasin untuk ilmunya. Selamat merenungkan bagi kita semua. 


Labuan Bajo, 15 Desember 2o24 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Artificial Intellegence VS Pelajar (Menengok Realita dan Membangun Harapan)

A Reflection in the Midst of Confusion and Progress

Sajak Kelam Si Nelayan

DI UJUNG DOA

KUNJUNGAN MAHASISWA POLITEKNIK ELBAJO COMMODUS PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERHOTELAN KE KSOP KELAS III LABUAN BAJO

Keindahan dan Kebersihan Bertamu di AYANA Komodo Waecicu Beach Berkat Tim Room Attendant Handal

Negeri Nun Jauh

Pembaca di Pojok Ruangan

Menulislah

Hidup adalah Perjuangan