Indonesia Emas: Negeri "Utopis"

 By: Heppyyance 

Semangat kebangsaan menyambut 100 tahun Indonesia (Indonesia emas), semakin gencar dikibarkan. Dalam banyak diskusi, sebutan untuk Indonesia emas diharapkan menjadi pemacu semangat untuk terus mengembangkan Indonesia menuju tatanan yang lebih baik. Indonesia emas diartikan lebih dari sekedar perayaan usia sebagai negara dan peringatan hari kemerdekaan. Momentum ini diharapkan sebagai perwujudan cita yang lebih besar, menjadi bangsa yang semakin kokoh, tercapai kesejahteraan bersama, menjadi bangsa yang maju dalam berbagai aspek kehidupan, dll. Cita-cita di atas tentunya menjadi harapan semua orang. Dalam banyak kesempatan, para pemimpin mengajak semua orang untuk mulai menata diri dari sekarang untuk menyambut mimpi indah itu. Pertanyaan dasarnya adalah "apakah Indonesia sudah mempersiapkan diri dengan baik?" Jawaban yang timbul pastinya beragam. Tetapi bagi saya, pertanyaan ini dijawab dengan kata "TIDAK." Mengapa? Ada beberapa hal yang menjadi landasan argumentasi ini.

Berbagai persoalan krusial menjadi alasan pokok keraguan untuk mencapai idealisme Indonesia emas itu. Dalam bidang politik, konflik kepentingan melahirkan taring-taring tajam untuk saling menjatuhkan dan mengeliminasi. Perteraungan politik dewasa ini menjadi Medan yang menakutkan sekaligus menjengkelkan. Praktik politik yang jauh dari harapan menjadi alasan mengapa Indonesia jauh dari kata sejahtera. Para elite politik melihat politik sebagai kontestasi mencapai cita-cita pribadi, lalu membangkitkan konspirasi untuk mendapatkan keuntungan dari lahan politis. Berbagai ketimpangan dalam kebijakan politis juga menjadi cikal-bakal ketimpangan di bidang lain. Sayangnya, para elite justru menjadi lakon utama praktik itu. Mereka adalah harapan untuk membawa Indonesia kepada idealisme besar itu. Tak jarang kita menjumpai polarisasi karena kepentingan politik, menciderai konstitusi bahkan ada yang berujung pada penumpahan darah. Korban dari praktik ini adalah masyarakat yang belum melek politik. 

Di bidang sosial-budaya. Kemajuan IPTEK dan semua dampaknya menyebabkan persoalan yang serius dalam kehidupan sosial-budaya masyarakat. Masyarakat Indonesia menjadi pengguna teknologi yang kerap terlilit persoalan mengenai etika dan penyalahgunaan. Kasus perundungan, caci-maki, melalui teknologi seakan menjadi fenomena biasa. Dalam kaitannya dengan kehidupan sosial, masyarakat Indonesia mulai terpengaruh oleh dampak negatif teknologi. Bahkan gaya hidup gotong royong sudah diganti dengan sistem kontrak. Selain itu fenomena mengisolasi diri sepertinya mendapatkan legitimasi dari populasi. Generasi muda menjadi korban dan pelaku utama ketimpangan ini. Dalam kritikan yang tajam, mereka adalah penanggung jawab sekaligus harapan untuk Indonesia emas nanti. Bahkan ada generasi muda yang anti sosial, mereka menarik diri dari kehidupan sosial dan membangun circle seturut cita mereka sendiri. Selain itu, gaya hidup barat menjadi trend yang mereka ikuti. Lokal wisdom tidak lagi menjadi batu pijakan untuk berdiri dalam poros perubahan yang membahana dan membahayakan. Indonesia kehilangan harapan, saat agen utama Indonesia emas telah lebih dahulu kehilangan identitas ke-Indonesia-annya. Bahkan kehidupan keagamaan telah menjadi pudar.

Di bidang ekonomi. Persoalan di bidang ekonomi Indonesia lebih serius lagi. Fluktuasi ekonomi menunjukan dimensi yang memprihatinkan. Korupsi menjadi informasi utama di setiap laman berita. Selain itu persoalan seperti inflasi, deflasi, eksploitasi, dan berbagai praktik ekonomis yang keliru menjadi jalan kehancuran cita Indonesia emas. Gaya hidup konsumtif dengan mengeksploitasi alam menjadi sudut keliru dalam praktik ekonomis. Indonesia menanggung beban hutang yang teramat besar, maka warisan untuk Indonesia emas adalah hutang yang besar. 

Generasi penerus bangsa saat ini tengah berada dalam polemik dan persoalan yang krusial. Beberapa bidang lain seperti pendidikan dan kesehatan, masih berada dalam grafik yang rendah. Di bidang pendidikan, wacana Krisis identitas menjadi tanggung jawab yang tidak mudah, mengingat penyebabnya yang sangat kompleks dan rumit. Indonesia meletakkan tanggung jawab pencapaian tujuan utama, Indonesia emas itu pada semua stakeholder, termasuk sekolah. Dengan demikian menjadi tanggung jawab besar bagi lingkup pendidikan untuk mendidik generasi emas pula bagi cita bersama. 

Ungkapan negeri Utopis merujuk pada keraguan akan cita-cita tercapainya Indonesia emas, melihat fenomena-fenomena yang memprihatinkan di berbagai bidang kehidupan. Negeri Utopis berarti negeri yang jauh dan hanya menjadi negeri bayangan saja. Indonesia emas hanya akan menjadi khayalan saat generasi saat ini tidak menjaga kualitasnya untuk mencapai visi itu. Indonesia emas tidak akan terwujud dalam wajah Indonesia yang koruptif, manipulatif, eksploitatif, konsumtif, miskin, tertinggal, dsb. Indonesia emas menjadi negeri yang sulit dijangkau atau bahkan tak pernah dijangkau jika Pertiwi dihiasi kemandekan berpikir dalam wujud negatif yang disebutkan di atas. Semoga kita bisa memberikan yang terbaik bagi indoenasi. .enjadi generasi yang menjunjung visi Indonesia emas dalam berbagai dimensi kehidupan kita. 


Golomori, 24 Januari 2o25 

Komentar

  1. Good job.
    Akan lebih menarik jika mengangkat isu-isu aktual di era disrupsi sekarang

    BalasHapus
  2. Mantap and good job bro.
    Akan lebih menarik jika parameter lebih di fokuskan pada satu bidang saja atau mengangkat isu aktual yang sedang terjadi khususnya di era disrupsi sekarang.

    Salam syp

    BalasHapus

Posting Komentar

Hi, Heppy

Postingan populer dari blog ini

Artificial Intellegence VS Pelajar (Menengok Realita dan Membangun Harapan)

A Reflection in the Midst of Confusion and Progress

Sajak Kelam Si Nelayan

DI UJUNG DOA

KUNJUNGAN MAHASISWA POLITEKNIK ELBAJO COMMODUS PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERHOTELAN KE KSOP KELAS III LABUAN BAJO

Keindahan dan Kebersihan Bertamu di AYANA Komodo Waecicu Beach Berkat Tim Room Attendant Handal

Negeri Nun Jauh

Pembaca di Pojok Ruangan

Menulislah

Hidup adalah Perjuangan